Rekoleksi Nasional Ursulin Indonesia


Wajah-wajah gembira menatap layar entah itu laptop, layar HP atau screen besar yang diletakkan dalam satu ruangan. Suara riuh rendah saling menyapa satu sama lain, memanggil dengan nada penuh rindu. Banyak yang saling menyapa para suster yang berjauhan dan menanyakan kabar. Yang lain menyapa dengan mengingat makanan kesukaan atau menyebutkan makanan favorit di kota tertentu. Misalnya, aduh bagaimana kabar pecel Madiun? Atau nasi bebek di belakang pos satpam Darmo  itu masih ada? Mau dongg. Yang lain mengungkapkan rasa gembira dengan memanggil nama yang bersangkutan. Untuk yang ada ini karena perbedaan waktu dan tempat tinggal maka ada komunitas yang para susternya sudah siap-siap mau tidur, ada lagi yang mau makan siang dan lain sebagainya. Ada warna lain dalam pertemuan virtual ini, semua nampak gembira dan berseri-seri. Maklum sekian lama  tidak berjumpa atau bertemu secara langsung. Kegembiraan yang dipancarkan ini menular sehingga dalam waktu singkat layar nampak riuh rendah saling memberi salam dengan menyebut nama dan bertanya kabar. Nampaknya setiap suster tidak peduli kalau sekarang saat rekoleksi, yakni saat di mana semua suster menarik diri sejenak dalam hening untuk melihat kedalaman diri. Aura hening lenyap dan diganti dengan riang gembira. Apa makna secara rohani? Bahwa pertemuan yang berlangsung secara virtual ini tetap membawa kegembiraan dan kebahagiaan tersendiri bagi setiap suster.

Semua suster nampak senang, ini peristiwa langkah dan baru pertama kali terjadi dalam sejarah para Suster Ursulin. Suster- suster dalam provinsi melaksanakan rekoleksi komunitas bulanan secara bersama-sama. Biasanya rekoleksi ini dilakukan sendiri secara per komunitas setiap bulan dengan tema yang diatur sendiri sesuai kebutuhan. Umumnya tema rekoleksi ini dibuat oleh seorang suster anggota komunitas yang bertugas dengan mengambil renungan dari perikop Kitab Suci. Tema ini akan menjadi bahan renungan seluruh komunitas sepanjang hari dan ditutup dengan sharing bersama pada sore hari. Hampir pasti hari rekoleksi ini diisi dengan adorasi Sakramen Mahakudus baik itu dilakukan secara bersama maupun bergiliran  tiap jam dan diakhiri dengan ibadat siang bersama.

Rekoleksi bulan Oktober tahun ini hadir dalam nuansa yang berbeda. Atas inisiatif KOMSOS URSULIN  rekoleksi kali ini dilaksanakan secara bersama dari Sabang sampai Marauke dengan mendengar seorang pembicara atau seorang Suster memberi renungan. Tentu saja dilakukan secara virtual dan menarik. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena dunia kita sedang dilanda pandemi covid-19. Usul ini mendapat tanggapan positif dari para Pemimpin Komunitas maka terjadilah Rekoleksi Nasional ini dengan tema : Santa Ursula Idola St Angela. Dikatakan ini rekoleksi  nasional karena yang hadir adalah semua suster dari setiap komunitas yang ada di Indonesia. Para suster yang terdiri dari  beraneka ragam usia, dari yang paling sepuh sampai dengan yang muda dari novisiat dan Postulat.

Tema Santa Ursula Idola St Angela diambil atas dasar keprihatinan bahwa sebenarnya ada banyak orang yang tak mengakui keberadaan Santa Ursula.  Ia dianggap tidak ada, karena cerita tentangnya tidak banyak. Tidak ada referensi khusus tentang St Ursula. Namun tidak demikian bagi Santa Angela Merici dan Para Ursulin tentunya. Ia memberi inspirasi kepada Angela Merici, pendiri Ordo Santa Ursula untuk menjadikan ia sebagai pelindung tarekat. Sebetulnya Ursula itu siapa? Dari mana Angela Merici mengenalnya?

Tentang Santa Ursula ini , para Suster Ursulin  perlu untuk mengenalnya secara terus – menerus melalui bacaan-bacaan di perpustakaan sampai dengan memanggil nara sumber yang belajar khusus tentang St Ursula. Para suster Ursulin merasa bahwa pengenalan tentang St Ursula tidak boleh selayang pandang, tetapi harus mendalam dengan demikian dapat menghayati teladan hidup  yang ia wariskan.

Sr Jeannette membantu para suster dalam rekoleksi nasional kali ini.  Beliau adalah seorang Suster senior yang telah banyak belajar, mengenal serta menghayati teladan St Ursula. Berdasarkan pengenalannya yang mendalam tentang St Ursula, maka beliau berusaha agar rekoleksi bersama secara nasional ini dapat memberi pemahaman mendalam mengenai Santa Ursula kepada para suster terutama nilai-nilai yang ia wariskan.  Sr Jeannette memberi penekanan khusus bahwa sebagai Ursulin kita mesti tahu dengan pasti apakah  Ursula itu benar ada atau hanya cerita dongeng?

Beliau mengambil dasar pengajarannnya tentang Santa Ursula dari sebuah buku yang berjudul “Die Legende der Heilige Ursula ,” oleh Joseph Solzbacher.  Buku ini bercerita bahwa di kota Koln ada gereja yang bernama Santa Ursula. Suatu hari ada seorang bapak bernama Clemansius melihat bahwa di gereja yang  berusia  ratusan tahun itu terdapat sebuah ruangan besar yang isinya dari atas sampai ke bawah dengan dinding yang dihiasi tengkorak. Itu tengkorak siapa?. Pemandangan itu membuat ia terpesona. Ia mulai dengan membuat sebuah penyelidikan dan dengan banyak cara ia berusaha mendapat data penting tentang hal ini. Selain itu ia juga menemukan sebuah batu dengan ukiran tulisan mengenai Santa Ursula. Ia menyimpan batu yang berisi riwayat tulisan tengkorak itu dengan baik dan berusaha mencari tahu lebih lanjut. Ia sebarkan surat dan banyak pertanyaan ke mana-mana dan akhirnya mendapat banyak data yang ia butuhkan.  Secara terus - menerus gereja dan batu ini dipelajari oleh pria bangsawan yang kaya raya ini. Karena keadaan gereja  sudah mulai rusak sana sini, dinding banyak yang keropos, atap dan lantai juga mulai rusak dimakan  usia,  maka Clemansius mendapat ide untuk merehab gereja tersebut

Dalam perkembangan selanjutnya, Clemansius bertanya-tanya siapa nama martir yang begitu mencintai Kristus dan yang mau menumpahkan darah  mempertaruhkan nyawa untuk Kristus? Ia berusaha mencari informasi yang valid tentang  berapa jumlah martir perawan itu? Mereka ini datang dari mana? Siapa yang membunuh mereka? Pak Clemansius ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan  ini dengan data.

Diceritakan bahwa dulu ada seorang raja bernama Notus dari kerajaan kecil di Britania Raya. Ia tidak mempunyai anak, maka setiap hari ia bersama istrinya berdoa  terus - menerus memohon kepada Tuhan agar diberikan seorang anak sebagai penerus kerajaannya kelak. Tuhan mengabulkan doa mereka. Tak lama kemudian permaisuri raja mengandung. Hati raja sangat senang dan berjanji anak ini akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Maka lahirlah Ursula, yang cantik, cerdas dan bijaksana. Nama Ursula sendiri didapat dengan susah payah. Ketika itu ayahnya mencari ilham untuk nama anaknya di kebun istana. Saat  menatap ke  langit  ia melihat ada gugusan bintang yang jumlahnya 7 ( ini dipakai di lencana Serviam) yang bernama Ursa Minor. Raja Notus mengambil nama Ursa  menjadi nama anak perempuannya. Dalam perkembangan selanjutnya Ursa Minor diartikan menjadi  beruang kecil.

Beruang itu seekor binatang yang mempunyai sifat yang berlawanan tetapi diintegrasikan menjadi satu. Beruang adalah binatang yang berhibernasi yakni mempunyai kekuasaan untuk mengatur hidupnya sedemikian rupa sehingga hidupnya menyatu. Ketika musim dingin dan  tidak bisa hidup di luar maka ia akan masuk ke gua yang  di dalamnya sudah tersedia bahan makanan yang banyak. Beruang tidak perlu makan banyak, ia bisa tidur terus menerus selama 3 bulan. Ketika musim semi tiba ia keluar dari gua dan seakan-akan mulai hidup baru. Hal ini diartikan sebagai siklus untuk hidup dan mati inilah yang harus  dialami oleh manusia. Angela memaknai ini sebagai  gelap dan terang yang kelihatan bertentangan tetapi bisa dipersatukan menjadi sesuatu yang sangat indah.

Dari kecil Ursula sudah menampakkan kebijaksanaannya bahkan dikatakan ia malah lebih bijak dari ayahnya yang adalah raja itu. Diceritakan, ada seorang bangsawan yang hendak mencari istri, maka datanglah ia melamar Ursula. Ketika itu ayahnya kaget dan bingung antara menerima lamaran atau menolak. Bingung karena pangeran yang melamar anaknya itu tidak mengenal Tuhan. Selain itu ia juga susah kalau anaknya harus pergi sejauh tempat darimana bangsawan itu berasal. Tetapi jika ia menolak maka bisa terjadi raja yang berasal dari kerajaan yang lebih besar, akan marah dan bisa terjadi pula perampasan dan perampokan besar-besaran kerajaan  miliknya serta Ursula akan tetap diambil menjadi istri.

Ursula memahami kebingungan ayahnya, maka dengan tenang ia berkata kepada sang ayah agar tak usah bingung melainkan mulailah berdoa dan berpuasa . Selain itu Ursula mengatakan kepada ayahnya ; “ayah harus yakin bahwa kasih Allah itu di atas segala-galanya, karena saya sudah dipersembahkan kepada Tuhan maka ayah  tidak perlu kuatir tentang siapa yang akan menikahi saya.”

Setelah beberapa hari berdoa dan berpuasa, Ursula mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tahu jawaban apa yang akan diberikan kepada para pelamar dengan beberapa persyaratan. Pertama, sang pangeran harus mau menjadi Katolik. Kedua, Ursula meminta waktu 3 tahun yang  bisa ia pakai untuk berjalan-jalan dengan para pelayan. Ketiga, Ursula boleh membawa pelayannya sendiri yang berjumlah kira-kira 11 orang. Tetapi masing-masing pelayan boleh membawa teman-temannya. Syarat ini disetujui oleh Pangeran.  Setelah semua urusan beres. Semuanya siap maka berangkatlah Ursula bersama para pelayan pendampingnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan bangsa Hun kaum pengembara yang terkenal karena kekejamannya. Bangsa Hun ini dipimpin oleh raja Atilla. Karena diserang dengan tiba-tiba maka Ursula memimpin teman-temannya agar jangan takut pada kematian. Harus berani menerima kematian demi cinta pada Tuhan.. Ursula dan para pengikutnya mati dibunuh bangsa Hun tetapi di mana jenazahnya tidak diketahui. Bisa terjadi mereka di bunuh di dekat kota Koln

Selain itu dalam buku “ Penghormatan  Kepada ST Ursula”  yang ditulis oleh Veronika Hopmann yang berbicara tentang penghormatan Ursula. Hopmann itu  mengatakan bahwa Ursula terus dihormati selama ratusan tahun bahkan nama Ursula ada dalam Kalenderium peringatan wajib Gereja Katolik. Nama Ursula  kemudian dihapus ketika sesudah Konsili Vatikan karena pada waktu itu banyak orang merasa ragu tentang keberadaan Santa Ursula. Namun  menjadi pertanyaan kalau seseorang yang dihormati selama ratusan tahun oleh umat Gereja maka pastilah ada sesuatu yang baik yang berasal daripadanya.

Ursula hidup pada abad ke 4 atau sekitar tahun tiga ratus sekian sedangkan  Angela baru memakai nama Ursula pada tahun 1535. Dalam hal ini sangat jelas bahwa Angela tidak mempunyai data. Mengapa? Karena Ursula seorang perempuan maka ia kurang dihargai oleh gereja dan masyarakat setempat. Memang St. Ursula itu sebuah legenda. Legenda adalah suatu cerita yang ada datanya kemudian dilengkapi dengan karangan lain. Beda dengan dongeng yang adalah cerita yang dikarang bebas berdasarkan fantasi seseorang

Zaman Angela hidup di kota kelahirannya Dezensano, Ursula sudah amat terkenal. Ia adalah pelindung kota kecil itu dan diyakini oleh semua orang bahwa Ursula membawa banyak mukjizat karena relasinya yang mendalam dengan Tuhan.  Ia terkenal berani dan memiliki kesucian yang tinggi sebagai seorang perawan. Karena itu Angela merasa  amat familiar dengannya dan memilihnya menjadi pelindung kompani  yang ia didirikan. Di samping itu masa kecil Angela dihiasi dengan cerita St Ursula di setiap malam tidurnya. Orangtua Angela  selalu mendongeng tentang kisah orang kudus dan salah satunya adalah Ursula. Karena sering mendengar nama Ursula serta semua sepak terjang kehidupannya maka Angela menjadi kagum dan jatuh cinta padanya.

Mengapa Angela memilih Ursula sebagai pelindung Ordo? Karena Ursula adalah perempuan. Ia memilih Ursula pada saat itu jarang ada nama perempuan yang dipakai. Angela terpesona bahwa perempuan ini berani tanpa rasa takut, rela mati serta memberi dukungan kepada teman-temanya agar mati demi Tuhan. Ursula menjadi martir yang rela mati hanya untuk Tuhan. Kata-kata Ursula yang terkenal adalah  “harus berani menerima kematian demi cinta pada Tuhan” Kata-kata inilah yang kemudian diambil Angela dalam menghidupi doa-doanya. Begitulah riwayat mengapa Ursula menjadi pelindung ordo karena Angela mengedepankan kerendahan hatinya. Ia tidak menonjolkan diri, tetapi orang lain yang utama. Selain itu Ursula selalu mencari jawaban atas karya Roh Kudus.

Rekoleksi bersama secara Nasional ini kemudian ditutup dengan beberapa pertanyaan refleksi untuk direnungkan: 

  • Bagaimana kita menghayati spirit St Angela dan St Ursula? Ada banyak keutamaan-keutamaan kedua orang suci ini yang sering kita lupa dalam hidup sehari-hari. Misalnya, apakah kita memiliki kebiasaan ugahari dan kemartiran? Bagaimana kita menghayati hal itu? Kemartiran itu bukan sebuah dongeng tetapi sesuatu yang nyata dan  kita alami yang sering kita sebut salib. Setiap kita pasti mempunyai salib yang harus kita pikul.
  • Ada kharisma St Angela yang dirasuki oleh semangat Santa Ursula. Bagaimana mempersatukan kedua semangat ini? Angela mendapatkan spiritnya dari Ursula. Inilah yang namanya berhibernasi. Sesekali kita masuk dalam ruangan batin untuk berhibernasi.
  • Bahwa banyak Suster yang melalaikan rekoleksi dan tetap mengutamakan karya padahal sebenarnya kita wajib memberi waktu untuk Tuhan. Maka,  marilah kita memberi waktu khusus untuk Tuhan sang mempelai. Waktu itu pemberian Tuhan sehingga kita wajib mengembalikan kepada  Dia yang sangat mencintai kita.

Bagaimana dengan hidup kita sehari-hari?

Kita semua ini mempunyai ciri-ciri beruang. Ada beruang yang kuat menerkam, galak tetapi ada juga beruang kecil yang selalu menjadi pujaan orang lain dan sangat dicintai oleh anak-anak. Beruang kecil ini sifatnya lembut. Antara beruang galak dan beruang kecil terdapat  banyak nuansa. Tinggal kita sebagai pengikut Santa Ursula memilih yang mana. Saya beruang yang mana? Apakah yang galak, perfeck, tidak bisa salah yang bisa mengkomando orang-orang atau saya termasuk beruang kecil yang disukai orang dan diam saja? Antara dua hal ini kita mesti hati-hati. Terlalu galak apakah perlu dalam hidup kita? Atau apakah saya harus mengubah hidup saya menjadi beruang yang lembut? Terlalu galak atau sebaliknya juga tidak baik.. Kedua hal ini perlu seimbangkan. Kadang kita harus bersikap tegas tetapi di lain waktu kita perlu lembut dan penuh perhatian.

Kiranya rekoleksi bersama  ini  perlu dilakukan secara kontinu. Spirit yang kita pancarkan secara bersama membawa dampak kegembiraan yang luar biasa bagi sesama suster yang lain. Terima kasih kepada Sr Jeannette Krista, OSU yang sudah membantu para suster dalam proses rekoleksi bersama ini. Terima kasih juga kepada KOMSOS Ursulin.  Pandemi boleh ada, rekoleksi, pertemuan dan kegembiraan para suster juga harus tetap ada.


Sr. Herlina N. Manuk