KURINA

EDISI OKTOBER - DESEMBER 2018

SEKAPUR SIRIH            


Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas kuasa kasih-Nya yang melimpah, kita berjumpa kembali dalam lembaran tahun yang baru, dalam keadaan yang sehat walafiat, gembira dan tetap ceria semuanya. Nah, yang ini lebih serius... setelah lama menghilang ataupun mungkin tenggelam dan bergulirnya waktu..., membuat rindu tak kunjung terpenuhi... yang menimbulkan berbagai pertanyaan yang muncul  ke batas permukaan bumi kehidupan para suster... maka kini... dengan senang hati kami bangkit untuk tampil pertama kali dengan edisi triwulan penerbitannya.

Untuk membangun “mood” pembaca di antara kita, maka kami mencoba bangkit dengan penampilan wajah yang agak berbeda. Mudah–mudahan edisi kurina kali ini sungguh mampu mengobati kerinduan kita yang telah lama menunggu dan menanti.

Untuk edisi kali ini, kami mengambil tema “Komunitas Global Bergerak Menuju Hidup Baru” yang lebih banyak diwarnai dengan tulisan Para Suster yang memiliki makna refleksi yang mendalam sehingga mampu membangun iman dan cinta kita kepada Tuhan dan sesama. 

Untuk itu kami ucapkan selamat membaca.






OPINI


PANGGILAN HIDUP RELIGIUS



Panggilan hidup religius semata-mata adalah rahmat Allah sebab Dia yang berinisiatif memanggil setiap orang seturut kehendak-Nya.Panggilan hidup religius ini pertama-tama bertujuan untuk bersatu dengan Kristus dan mengambil bagian dalam tugas perutusan-Nya.Selanjutnya, setiap orang yang terpanggil ikut serta bersama Kristus mempersembahkan diri dan mengabdi Allah.Kepada setiap orang yang telah dipanggil-Nya Allah menganugerahkan rahmat agar mereka mampu menjawab dengan bebas dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Dia. Rahmat Allah, juga memampukan mereka menyerahkan segala sesuatu yang mereka miliki kepada Tuhan yaitu baik keinginan maupun kehendak mereka.

Mengenai panggilan hidup religius yang sepenuhnya merupakan inisiatif Allah serta meminta mereka yang terpanggil untuk menjawabnya dengan bebas dan segenap hati ditegaskan oleh Yohanes Paulus II dalam Vita Consecrata no. 17 yaitu:

Kontemplasi kemuliaan Tuhan Yesus dalam gambar transfigurasi menampakkan kepada para anggota hidup bakti pertama-tama Bapa, Pencipta dan Pemberi segala sesuatu yang baik yang menarik makhluk-makhluk-Nya kepada Diri-Nya (bdk.Yoh 6:44) dengan kasih yang khusus dan untuk misi yang khusus. “Inilah Anak yang Kukasihi: dengarkanlah Dia!” (bdk. Mat 17:5). Menanggapi panggilan itu dan daya tarik batin yang menyertainya, mereka yang dipanggil mempercayakan diri kepada cinta kasih Allah, yang menghendaki mereka melulu demi pengabdian kepada-Nya. Mereka membaktikan diri seutuhnya kepada-Nya dan kepada rencana keselamatan-Nya (bdk. 1kor 7:32-34).

Inilah makna panggilan untuk hidup bakti: suatu inisiatif yang sepenuhnya datang dari Bapa (bdk. Yoh 15:16), yang meminta mereka yang telah dipilih-Nya, supaya menanggapi dengan sikap bakti yang sepenuhnya. Pengalaman cinta kasih dan kemurahan hati Allah itu begitu mendalam dan mempesonakan, sehingga orang yang dipanggil merasa perlu menanggapi dengan membaktikan hidup tanpa syarat kepada Allah dan menguduskan kepada-Nya segala sesuatu sekarang dan di masa mendatang, serta semuanya itu ke dalam tangan-Nya.


Menurut Yohanes Paulus II dalam Vita consecrata no.17 di atas hidup religius merupakan tanda intervensi Allah dalam hidup manusia.Intervensi ilahi ini mengubah diri seseorang secara mendalam. Bagi mereka yang terpanggil tidak ada jawaban lain yang lebih cocok selain memutuskan untuk memberikan diri sepenuhnya dalam pengabdian kepada Allah. Seseorang yang memutuskan untuk hidup melulu bagi Allah didahului oleh suatu pengalaman akan Allah yang memikatnya dengan kuat. Allah bertindak dengan berbagai cara, kadang-kadang dengan cara yang keras, untuk memberikan arah baru pada hidup orang yang dipilih-Nya. Sebagai contoh, rasul Paulus yang mengalami dirinya sebagai mangsa dalam cengkaman tangan Tuhan.“Aku telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp 3:12), hal itu tentu saja membatasi ruang gerak seseorang.Namun karena tindakan Allah didasarkan atas cinta kasih-Nya, maka orang yang tertangkap dihadapkan pada tawaran kebahagiaan dalam persekutuan hidup dengan Allah dalam cinta kasih.Inisiatif Allah yang melalui Roh-Nya, membangkitkan dan menggerakkan setiap orang yang mau membaktikan diri sepenuhnya bagi Allah.

Selain hidup religius merupakan tanda intervensi Allah dalam hidup manusia, hidup religius juga merupakan ungkapan cinta manusia yang tidak terbagi sebagai jawaban bebas atas cinta kasih Allah.Pertemuan manusia dengan Allah merupakan pertemuan cinta kasih di mana kedua belah pihak saling memberikan diri. Allah mencengkam orang yang dipanggil-Nya agar menikmati kebahagiaan hidup dalam persekutuan dengan Dia. Selanjutnya pribadi yang bersangkutan menghayati Allah sebagai satu-satunya yang perlu dan perhatiannya hanya berpusat dan tertuju kepada Dia. Sejak saat itu, orang yang dipanggil-Nya merasa tidak mungkin lagi dapat hidup tanpa Allah.  Baginya Allah merupakan satu-satunya dasar seluruh hidup.Dengan demikian mereka yang terpanggil, terdorong untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah seumur hidup.

Hidup mereka yang terpanggil selain berciri vertikal yaitu berpusat kepada Allah dan mencintai Dia di atas segalanya juga berciri horizontal yaitu tertuju kepada sesama.Segi vertikal menjadi dasar hidup religius di dunia dan di tengah-tengah masyarakat dalam mencintai sesamanya.Mereka yang dipanggil menjalankan berbagai karya cinta kasih dan sosial dalam masyarakat, namun pola hidup mereka tidak ditentukan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Segala karya dan hidup mereka tetap berpusat pada Allah dan tidak ada cara hidup yang lain selain dalam persekutuan dengan Tuhan. Pola hidup yang ditentukan oleh intervensi Allah dan orientasi kepada Allah sebagai pusat diwujudkan secara konkret dalam hidup mengikuti Kristus.Mengikuti Kristus atau mengikuti jejak Kristus mau menunjukkan pada suatu bentuk hubungan pribadi setiap religius dengan Kristus yang lebih mendalam sifatnya.Panggilan hidup religius hanya mempunyai arti, bila sungguh-sungguh mengungkapkan dan memperkembangkan hubungan pribadi dengan Kristus.


Penulis

Sr. Viktoria Dalima, OSU



MENELADANI KRISTUS YANG SEMPURNA


Para religus yang telah menerima rahmat panggilan dari Tuhan, diminta untuk sungguh-sungguh berkomitmen penuh artinya meninggalkan segala sesuatu untuk hidup bersatu dengan Kristus. Bagi mereka yang sungguh-sungguh terbuka dan menerima panggilan Tuhan tidak bisa lain kecuali mengiklaskan segala sesuatu untuk menjawab dan mengikuti Kristus dengan bebas. 

Dalam usaha menjawab panggilan Tuhan dengan bebas dan mempersembahkan diri kepada-Nya, secara konkret setiap religiusmengikuti teladan Kristus yang mempersembahkan diri secara total kepada Bapa-Nya.Persembahan diri tersebut dapat dilakukan oleh para religius dengan menghayati tiga nasehat Injil yaitu; hidup perawan, miskin dan taat. Ketiga nasehat injil tersebut merupakan sarana yang ditawarkan oleh Tuhan kepada setiap orang, yang ingin mengikuti Kristus dengan cara yang khas.  

Hidup religius tanpa adanya kaul ketaatan, kemiskinan dan keperawanan itu tidak mungkin, sebab hanya dengan ketiga kaul tersebut para anggota hidup religius dapatmengungkapkan penyerahan diri yang total kepada Allah. Dengan hidup dalam kemiskinan, ketaatan, tanpa memiliki apapun serta dalam kemurnian, para religius mengakui cara hidup Kristus yang begitu radikal dalam menghayati Injil di dunia ini. Oleh karena itu, bagi mereka Kristus adalah teladan yang paling sempurna dalam menghayati ketiga nasehat Injil.Dengan menghayati keperawanan para religius mengenakan cinta kasih murni Kristus dan mewartakan kepada dunia bahwa Kristus adalah Putera Tunggal Allah yang hidup dan bersatu dengan Bapa (bdk.Yoh.10:30; 14:11). Para religiusyang meneladan kemiskinan Kristus, sesungguhnya ingin menyatakan bahwa Ia Putera yang menerima segalanya dari Bapa  dan menyerahkan kembali segalanya juga kepada Bapa (Bdk. Yoh. 17:7,10). Melalui pengorbanan kebebasan pribadi, para religiussesungguhnya meneladan ketaatan Kristus sebagai Putera Allah. Dengan cara tersebut para religius memberi kesaksian bahwa Kristus meletakkan seluruh kebahagiaan-Nya hanya pada kehendak Bapa (Bdk. Yoh. 4:34) dan dari pada-Nya Ia tergantung dalam segalanya.

Para religius, selain meneladan Kristus dengan menghayati ketiga kaul sangat penting bagi mereka setia mengikuti Ekaristi setiap hari.Bagi para religius Ekaristi merupakan sesuatu yang pokok dan mutlak perlu, sebab Ekaristi merupakan sumber hidup rohani bagi mereka. Melalui Ekaristi setiap religius  dipanggil untuk masuk dalam persekutuan pribadi dengan Kristus dan mengambil bagian dalam penyerahan diri Kristus kepada Bapa-Nya. Persekutuan yang semakin kuat  dengan Kristus melalui Ekaristi sebagai jantung hidup para religius membawa pembaharuan bagi hidup mereka.  Oleh karena itu, sangat penting bagi para religius untuk terus-menerus berupaya mendekatkan diri dan bersatu dengan Kristus melalui Ekaristi.

Kristus satu-satunya sumber, bekal, tujuan dan harapan hidup para religius.Oleh karena itu, hendaknya mereka senantiasa berusaha mempersatukan hidup dengan Kristus yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk disantap melalui Ekaristi. Dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi Para religius mengenakan cara hidup dan budi Kristus yang telah memanggil mereka  dan menyatu dengan-Nya. 

Bagi para religius upaya untuk mendapatkan sepenuhnya buah yang diharapkan dari persekutuan dan pembaharuan, syarat-syarat hakiki harus ada.Syarat yang dimaksud adalah terutama saling mengampuni dan komitmen saling mengasihi sesuai dengan ajaran Tuhan.Rekonsiliasi penuh sangat diperlukan sebelum menyampaikan persembahan di altar (Bdk Mt 5:23). Ekaristi tidak bisa dirayakan bila tidak ada sikap saling mengampuni satu dengan yang lain. Sebaliknya, syarat hakiki ini juga merupakan buah dan tanda dari Ekaristi yang dirayakan dengan baik.Ekaristi memiliki hubungan yang erat dengan komitmen untuk bertobat terus-menerus.Pembaharuan diri terus-menerus melalui sakramen tobat merupakan hal yang sangat penting bagi para religius.

Para religius selain berusaha untuk membaharui diri juga dipanggil untuk selalu setia meneladan Yesus yang mengajak semua orang untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Di samping itu, mereka juga senantiasa memberikan harapan akan hidup baru serta belas kasih Allah melalui sakramen rekonsiliasi kepada semua orang yang mereka layani.

Para religius yang telah memutuskan untuk mempersembahkan hidup kepada Tuhan senantiasa mengadakan sembah sujud di hadirat-Nya.Dengan mengadakan sembah sujud setiap religius menyatakan kerendahan dan kerapuhan-Nya di hadapan Tuhan sekaligus mengakui keagungan-Nya.Di dalam Tuhan yang mereka sembah para religius mengalami kebahagiaan karena kepenuhan kasih Allah. Dia menguatkan dan memampukan para religius yang rapuh dengan rahmat-Nya agar dapat mengabdi Tuhan melalui penghayatan  ketiga nasehat Injil. Jadi para religius yang telah diundang untuk menerima Tuhan dalam Ekaristi juga diajak oleh-Nya untuk senantiasa mengadakan sembah sujud dan hormat kepada-Nya.


Penulis

Sr. Viktoria Dalima, OSU


FOKUS

CATATAN DARI KAPITEL PROVINSI 2018

KURINA meminta saya untuk menulis refleksi Kapitel Provinsi yang baru saja berlangsung 4-9 Desember 2018 yll di Supratman-Bandung. Peristiwa enam tahun sekali ini, menarik untuk direfleksikan baik secara pribadi maupun bersama. Mengapa? Ya karena saya menyadari, baru pertama kali mempunyai pengalaman sebagai “peserta resmi” dalam Kapitel Provinsi, sementara ada suster yang sudah mengikuti sebanyak 3, 4 bahkan sampai tujuh kali. Mereka menjadi pengingat rambu-rambu tradisi Ursulin. Terima kasih untuk para suster se provinsi atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya walau sudah usia pensiun.

Tema besar kapitel A Global Community moving into new life atau “Komunitas Global Menuju Hidup Baru” yang dicanangkan oleh Pimpinan Umum OSU juga menjadi tema Kapitel-kapitel Provinsi di seluruh dunia. Logo dan doa sebelum Kapitel juga sudah diterjemahkan dan sudah mulai didoakan jauh-jauh hari sebelum Kapitel Provinsi mulai, dan diharapkan tetap didoakan sampai Kapitel Umum di Roma selesai. Doa itu menyatukan hati dan pikiran seluruh Ursulin Uni Roma.

Nuansa “new life” nyata merasuki seluruh anggota dalam proses kapitel provinsi dari awal hingga akhir. Secara kasat mata nampak bahwa kali ini peserta kapitel provinsi 65% adalah suster muda. Penggolongan suster muda ini berdasarkan usia peserta yang berada di bawah umur rata-rata para suster seluruh provinsi Indonesia yaitu 57,8 th di tahun 2018. Sementara 35% lainnya berada di atas umur rata-rata itu.

Dalam Surat Edaran no. 297 dari Mother Cecilia Wang, OSU jelas tertulis “tujuan utama Kapitel Provinsi ialah memampukan seluruh anggota provinsi untuk menjelajahi apa yang memberi hidup (life-giving) dan apa yang menguras hidup (life-draining); apa yang tidak bisa dilanjutkan dan apa yang harus dilepaskan.” Pertanyaan ini menjadi refleksi masing-masing pribadi dan bersama dalam komunitas. Secara tidak langsung tahap ini merupakan tahap persiapan untuk para kapitulan untuk masuk dalam persoalan dan situasi yang ada di dalam provinsi.

Disertai dengan doa tanpa henti, masing-masing komunitas menggali dan menyatukannya, serta akhirnya mencoba untuk memformulasikannya dan mempresentasikan di dalam forum Kapitel. Dalam kesempatan presentasi, tiap komunitas berusaha menampilkan yang terbaik untuk dibagikan kepada komunitas lain. Dengan nyanyian, gerak, foto, film, gambar dan musik yang dikemas menjadi sajian unik. Sesi ini membawa semua kapitulan semakin mengerti dan diperkaya satu sama lain dalam suasana gembira. 

Kegiatan penting yang memberi ruang Roh adalah “sharing Sabda”. Perayaan Ekaristi diadakan sore hari. Setiap pagi sebelum acara pokok, para kapitulan dibagi dalam 10 grup untuk mengadakan sharing sabda. Ini sungguh kesempatan bagus untuk tetap berada pada “gerakan Roh” untuk lebih saling memperkaya satu sama lain. 

Tujuan kedua Kapitel Provinsi adalah memilih para utusan ke Kapitel Umum. Dengan jumlah anggota sebanyak 238 suster, Provinsi Indonesia berhak mengirim 4 utusan selain provinsial. Hal ini berdasarkan patokan 65 suster diwakili 1 utusan. Sebagaimana kita ketahui bersama yang terpilih menjadi utusan adalah: 

1. Sr Monika Lita Hasanah, 2. Sr Mariana Ita Batmomolin, 3. Sr Veronika Sri Andayani dan 4. Sr Chresenciana Retno Lestari. Setelah itu dipilih pula 5 suster Utusan Pengganti, yaitu Sr Edith Watu, Sr Maria Theresia Sani, Sr Kartika Noorwindhi, Sr Ann Hajon, dan Sr Ira Krisanti Lengkong. Ini mengandaikan kalau ada utusan yang tiba-tiba berhalangan, para kapitulan tidak harus repot berkumpul lagi untuk memilih penggantinya. Suasana saat pemilihan utusan hening, tenang, dan sedikit tegang, serta sorak-sorai lega ketika hasil pemungutan utusan dengan suara sah terpilih. Yang membawa tertawa Romo J. Sudarminto, SJ sebagai pengamat sekaligus narasumber sempat bergurau “para suster pengganti, bertugas mendoakan para utusan agar tetap sehat-sehat.”...

Pada misa penutupan, Provinsial Sr Agatha Linda memberi pesan dan mengutus masing-masing kapitulan dengan 4 butir nuggets (bongkah emas) yang ditemukan bersama yaitu: “keluar dari zona nyaman”, “membangun semangat insieme dan solidaritas”, “membangun semangat missioner”, dan “go to the periphery” (Ini sesuai Anjuran Bapa Paus Fransiskus).

BAGAIMANA kelanjutannya?

Sepulang dari Kapitel Provinsi diharapkan para kapitulan membagikan kepada para anggota komunitasnya apa yang dialami dan apa saja yang terjadi pada saat kapitel, terutama pesan perutusan kapitel.

Ada kapitulan yang spontan mengatakan “dari dulu Ursulin juga sudah menjalankan misi “go to the periphery”. Hal itu mengandaikan ada keberanian untuk keluar dari zona nyaman, serta mempunyai semangat solidaritas dan jiwa misioner. Sebab tanpa unsur-unsur itu tidak mungkin ada suster-suster perintis dan komunitas-komunitas kecil di daerah-daerah terpencil/pelosok yang sudah sekian lama, seperti misalnya di Flores dan Papua.

Lalu bagaimana dengan para suster yang tidak diutus ke “periphery” (=’pinggiran’). Menurut Mgr Anton Subianto, OSC yang membuka misa Kapitel dan juga memberi masukan; kata periphery bisa berarti 2 macam, yaitu periphery territorial dan periphery existential. Banyak dari antara kita mengalami ‘periferi eksistensial’ yaitu mengalami ‘terpinggir/tersisih/tersingkir/terabaikan’... walau secara teritorial berada di keramaian kota-kota besar. Hal ini dapat disebabkan oleh perilaku dari saudari-saudari se komunitas atau diri sendiri yang mengakibatkan situasi itu.

Contoh sederhana: di meja makan tempat para suster bertemu, ada suster yang selalu duduk di ujung meja makan, tidak merasa nyaman bila berada duduk berdekatan dengan suster pimpinan, atau suster tertentu, ia berusaha selalu menyingkir, menjauh. Hal itu menyebabkan tidak ada kesempatan bagi si suster untuk berkomunikasi, mengenal dan dikenal dengan baik oleh suster-suster yang lain. Atau sebaliknya, ada suster yang selalu duduk di tempat tertentu, tidak mau pindah, padahal bukan pimpinan dan belum sepuh, tidak mau keluar dari “zona nyaman”, tidak ada keinginan untuk mengenal dan dikenal lebih dalam oleh suster-suster lain. 

Itu hanya salah satu contoh yang paling sering kita jumpai, karena tempat bertemu-berbincang-bertukar pikiran dan pengalaman dengan relaks serta yang paling memungkinkan adalah saat berkumpul di ruang makan, saat tak resmi dan dapat menjadi diri sendiri.  

Maka, seruan Paus dan ajakan Mgr Anton adalah untuk menguji kesungguhan ‘kantong-kantong kulit baru untuk menyimpan anggur-anggur baru’ yang terus dicurahkan Roh kepada Gereja-Nya, mendesak untuk melakukan perubahan-perubahan dengan aksi nyata, jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sungguh sesuai dengan tema besar Kapitel “Komunitas Global Bergerak Menuju Hidup Baru.”


Lucia Anggraini, OSU - Komunitas St Maria-Jakarta


Pesan Kapitel Provinsi Indonesia 2018:




KOMUNITAS GLOBAL BERGERAK MENUJU HIDUP BARU

(Refleksi)


Pertama-tama atas nama Probanis Internasional, saya mengucapkan syukur kepada Tuhan dan berlimpah terima kasih Kepada Ytk. Provinsial, Sr. Agatha Linda Chandra, OSU dan Anggota Dewan Ursulin Provinsi Indonesia,serta para Suster atas kesempatan yang diberikan kepada kami menjalani Probasi di Roma.


Mengawali tulisan refleksi singkat ini,saya tergerak mengutip dari Injil Yohanes 1:1

“In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God”.

(Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah).


Injil Yohanes merupakan gambaran Yesus Kristus dan karya penyelamatan-NYA, memperkenalkan Yesus sebagai Sabda. Misteri inkarnasi atau penjelmaan.Yesus adalah Sabda Allah yang hidup, yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, yang mendatangi kita manusia untuk menebus dosa semua orang yang percaya kepada-Nya.

Pertanyaannya, apa hubungan kutipan ini dengan pengalaman Probasi Internasional? Sejenak saya merenung dan mulai membayangkan Yesus duduk di samping saya, ada suasana kasih, sukacita, bahagia dan saya pun mulai berbagi pengalaman hidup akan DIA sebagai Sang SABDA yang menjadi Manusia.


Masa probasi internasional adalah kesempatan yang sungguh penuh rahmat, dan secara pribadi, saya menyebut sebagai Tahun Rahmat, bukan berarti tahun sebelumnya tanpa rahmat, tetapi masa probasi adalah waktu di mana tarekat memberikan kesempatan secara khusus untuk probanis mendalami spiritualitas pendiri sebagai ursulin dan menggali lebih mendalam arti sebuah panggilan khusus sebagai religius agar lebih mengakar lebih dalam dan ibarat seperti pohon tumbuh menjadi lebih subur, kokoh, berbuah, dan menjadi pohon sukacita yang mengandalkan cinta dan Persatuan dengan Tuhan pemberi kehidupan, harapan, iman dan kasih dalam karya dan hidup. Pengalaman ini lebih terasa mendalam ketika kami menjalani retret 30 hari di Nemi.


Semangat Internasionalitas sungguh terasa, ketika kami hidup dalam komunitas dari 7 negara yaitu Polandia, Slovakia, Kenya, Sénégal, Perancis, Ukraina dan Indonesia. Melalui program dan kegiatan-kegiatan Probasi yang ditawarkan, setiap pribadi ditantang untuk memberi arti sebuah kehadiran yang internasional, melepaskan ke’aku’an.  Menumbuh kembangkan semangat persatuan dalam keinternasionalitas ini tidak serta merta langsung jadi, tetapi ada proses bahkan melalui persiapan-persiapan (immersion program), terlebih dalam hubungannya untuk memperlancar komunikasi dalam bahasa Inggris. Sangat menarik, di mana kami para probanis ( 11 suster) menampilkan komunikasi dengan gaya, dialek Bahasa Inggris dari masing-masing negara, tetapi sangat indah satu sama lain saling mengerti karena dipersatukan oleh semangat yang sama. Pertanyaan lanjutan, mengapa diadakan komunitas Probasi Internasional? Barangkali jawaban singkatnya adalah supaya Ursulin lebih memahami dan mampu bersyukur akan sejarah dan misinya secara internasional dan mendunia, dan pengenalan akan karya ini lebih jelas ketika kami para probanis mempersentasikan keadaan karya, komunitas masing-masing provinsi setiap negara. Sungguh luar biasa dan membuat kita kagum, bersyukur akan karya Allah di tarekat Ursulin, dan menantang kita untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada serta menyiapkan diri sebagai Ursulin untuk masa depan. Tentunya Tema Kapitel Umum membantu dan mengundang kita untuk bersatu hati agar setiap karya Tuhan boleh terlaksana melalui Tarekat Ursulin Uni Roma. Persatuan hati adalah penting untuk menghadirkan Tuhan berkarya di dalam tarekat kita. Masing-masing pribadi memberi arti sebuah kehadiran yang bermutu di komunitas, karya dan  di dunia yang hiruk pikuk ini. Semoga Roh Kudus senantiasa membimbing kita. Secara pribadi pun saya bertanya untuk diri saya sendiri, sejauh mana relasi saya dengan Sang Sabda itu sekarang? Sungguhkah saya mengalami persatuan yang mendalam dengan DIA? Apakah saya sudah melakukan sesuatu yang Nampak sebagai buah dari ungkapan syukurku? Sabda sudah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita. Tuhan berbicara kepada kita masing-masing secara pribadi, dan kita diajak untuk mendengarkan bagaimana sabda Allah itu menggerakkan saya dan kita semua, mengubah hidup kita dan membawa kita kepada pembaharuan hidup, Komunitas Global Bergerak Menuju Hidup Baru. 

Santa Angela,doakanlah kami. Amin


A Global Community Moving into New Life

Come Holy Spirit, show us the way into our future

Soli Deo Gloria

SELAMAT NATAL 25 Desember 2018

SELAMAT TAHUN BARU 2019


Terima kasih salam dan doa,


Herlina H. Simanjorang, OSU



Komunitas Global 

“ Sukacita-tantangan dan harapan”!



Kapitel umum 2019 memanggil setiap Ursulin Uni Roma  untuk hidup dalam komunitas Global. Sebuah undangan yang memanggil kita untuk menjawab kerinduan bunda Angela sebagaimana yang tertuang dalam konstitusi artikel 80 “Perbedaan umur, bakat, kebangsaan dan kebudayaan merupakan sesuatu yang memperkaya. Komunitas  global diibarat sebuah mosaik, sebuah serpihan kecil dengan warna yang berbeda ketika  dipadukan dalam kebersamaan semua serpihan  itu menampikan keindahan dan kegembiraan. Setiap orang yang datang dan bekerjasama melihat  wajah Allah dalam setiap priibadi yang ada dalam komunitas.  

Hidup  dalam komunitas global memberi warna tersendiri dalam hidup kita. Kita semakin mensyukuri bahwa perbedaan yang kita miliki menjadi mutirara yang berharga karena kita saling melengkapi dan saling belajar satu sama lain. Saya bersyukur atas rahmat kasih  persaudaraan  yang begitu kuat diantara sesama Ursulin khususnya di  Asia pasifik. Kita saling mengenal satu sama lain dan membangun kerjasama yang baik antar sesama Ursulin dan juga mitra kerja di level Asia Pasifik. Setahun yang lalu saya tiba di Thailand, saya merasaka seperti datang ke rumah sendiri. Banyak Suster yang saya sudah kenal sebelumnya. Mereka menyambut saya sebagai saudara dan membantu saya dalam banyak hal.  


Memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah, apalagi di negara lain. Kita dihadapkan dengan perbedaan budaya, bahasa dan adat istiadat. Bagi saya tantagan yang cukup berarti dalam  misi di Thailand adalah bahasa. Bahasa Thai adalah “Tone languge”. Setiap kata yang kita ucapkan memiliki tonenya maisng-masing. Kadang-kadang satu kata bisa memiliki arti lebih dari satu. Contoh kata “khaow” . Kata ini  bisa berarti beras, berita, warna putih, lutut, dan lain-lain tergantung dari tonenya. Bagi telinga  yang belum terbiasa sangatlah sulit untuk membedakan. Sistematika penulisan bahasa Thai sangatlah unik; tidak ada spasi antara kata yang satu dengan kata yang lain. Spasi ada di akhir kalimat. 


Tuhan tak pernah janji langit selalu biru, tapi DIA berjanji akan selalu menyertai. Saya sadar bahwa belajar bahasa bukanlah hal yang mudah tetapi bahasa juga sesuatu yang  bisa kita pelajari. Walau sekarang komunikasi dalam bahasa Thai masis tertatih-tatih, suatu waktu nanti pasti lancar juga.  Yang penting ada usaha dan kerja keras serta belajar untuk menerima setiap perubahan yang terjadi di tanah misi.

Sr. Elly Janul, OSU

                    


“HIDUP ADALAH SUATU PERJALANAN – SUATU ZIARAH”

(sebuah refleksi)


Hidup adalah suatu perjalanan, suatu ziarah. Setiap kali kita harus pasang kemah, kemudian membongkarnya lagi untuk berjalan terus. Seperti Abraham dan bangsa Israel.

Begitu juga yang dialami oleh Santa Angela Merici. Ia mengalami hidup sebagai suatu ziarah….. Ziarah yang merupakan ungkapan persembahan hidup bagi pemenuhan kehendak Bapa.  Ia senantiasa mengadakan petualangan guna menemukan dan mengalami jalan-jalan yang pernah dijalani oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia mengunjungi Roma, Mantua, Varallo, Brescia bahkan Tanah suci Israel. Perjalanan peziarahan yang dialaminya, khususnya di Israel, terukir begitu dalam di hati dan pikirannya, dan telah menjadi fondasi  yang menyuburkan benih-benih cintanya kepada Tuhan, dan mendorongnya untuk menyerahkan diri secara total kepada Tuhan yang dicintai dan mencintai dirinya.

Bagi Pemazmur perjalanan ziarah merupakan suatu upaya untuk menyadari betapa baik Tuhan yang senantiasa memberikan berkat-NYA serta kekuatan dalam melanjutkan perjalanan selanjutnya, seperti yang diungkapkan: “Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat………….sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan…….”. (Mz. 84: 6.12).

Berhenti sejenak dari rutinitas sehari-hari, guna  mengadakan refleksi tentang pengalaman hidup sehari-hari serta hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, adalah suatu cara untuk menyadari kebaikan Tuhan yang senantiasa mendampingi sepanjang perjalanan hidup kita. Betapa banyak yang telah Tuhan berikan kepada kita manusia, namun seringkali kurang kita gunakan secara baik, karena kita lebih sering kurang bersyukur kepada-Nya. Dengan berhenti sejenak untuk berefleksi, mengendapkan, dan mensyukurinya, kita dapat memberikan persembahan kepada Tuhan yang dengan penuh cinta telah menyediakannya bagi kita. Maka patut kita bersyukur, menjadikannya sebagai persembahan kepada Tuhan, dan memperbaiki apa yang masih harus diperbaiki, sehingga di kemudian hari lebih baik dari pada sekarang dan di masa lalu. Betapa baiknya Tuhan kepada kita manusia, Ia senantiasa mengulurkan tangan-Nya lewat orang-orang yang dikirimkannya kepada kita, lewat keluarga, serta orang-orang yang kita jumpai dalam hidup. Semuanya itu menjadikan kita penuh syukur dan penuh penyerahan kepada Tuhan. 

Demikian pula yang kualami. Setelah memasang kemah di satu tempat untuk masa tugas tertentu, dalam suka dan duka, dalam kesuksesan dan kegagalan. Ada saatnya, aku berhenti sejenak, untuk melihat kembali seluruh perjalanan hidupku. Dan akhirnya aku berkata: “Terima kasih untuk kemah yang diberikan kepadaku, untuk semua persahabatan dan persaudaraan, untuk semua kebaikan dan kerjasama, untuk semua pendampingan dan dukungan, untuk semua peneguhan dan perhatian”.  Kini dengan hati yang penuh syukur, aku akan membongkar kemahku untuk berjalan terus....... Kemudian membangunnya kembali ke tempat tugasku yang baru, dengan harapan....... Kini akupun mulai memasang kemah di tempat tugas dan lingkungan serta budaya yang serba baru bagiku, namun aku tahu bahwa Engkau…Tuhan akan selalu mendampingiku. Engkau akan selalu melengkapi apa yang kurang dalam diriku tuk dapat Kaugunakan sebagai perpanjangan tangan-MU. Inilah aku, pakailah aku sesuai dengan rencana dan kehendak-MU.


Terima kasih Tuhan.

Terima kasih tuk cinta-MU yang tak terbatas.

Terima kasih tuk rahmat yang Kau berikan kepadaku

disepanjang perjalanan peziarahan hidupku

dimanapun aku berada.

Kini kupersembahkan kembali kepada-MU.

Jadikanlah aku sebagai alat-MU

Di tempat tugasku yang baru, di Atambua ini.

Tuk membawa rahmat dan cinta-MU.

    

                        Atambua, 02 Januari 2019                                Sr. Christine Hardisubroto, OSU



SHARING

Kartu Natal dari Mo. Cecilia: 


Dear Sisters,

Merry Christmas to each one of you.

As Jesus is still on the way I think it is proper to share with a picture painted by Yamei, second year Junior from the Province of China. It's the Holy Family on their way.

Can you see where is Mary, Joseph and Jesus?

Cecilia




RESENSI





Buku ini memperkenalkan hal praktis dan inspiratif dengan cara mengabungkan Kaizen  dalam kehidupan sehari-hari.  Kaizen merupakan kebijaksanaan dari Tao Te Ching yang ada lebih dari 2000 tahun yang lalu. “Perjalanan 1000 km berawal dari satu langkah”. Kaizen adalah seni yang membuat sesuatu menjadi besar  melalui hal kecil. Buku ini ditulis oleh Dr. Robert Maurer, seorang psikolog, staf di UCLA Medical School yang telah menjadi konsultan nasional. 

Kaizen merupakan seni membuat perubahan besar dan langgeng melalui langkah-langkah kecil yang stabil. Langkah kecil dapat menyebabkan perubahan besar. Kaizen melucuti respons rasa takut otak yang membuat perubahan menjadi lebih alami. Dengan mengajukan pertanyaan yang kecil dan lembut, kita mempertahankan respons melawan atau lari dalam posisi nonaktif. Dengan mengambil langkah yang sangat kecil sehingga terlihat sepele atau bahkan menggelikan, Anda akan melewati rintangan dengan tenang yang telah mengalahkan Anda sebelumnya.

Kaizen memiliki dua definisi yaitu menggunakan langkah-langkah yang sangat kecil untuk memperbaiki kebiasaan dan suatu proses, atau produk yang menggunakan momen-momen yang sangat kecil untuk menginspirasi produk dan penemuan baru. 

Ada beberapa mitos tentang perubahan yang perlu kita ketahui yaitu : 

  1. Berubah Itu Sulit

  2. Ukuran Langkah Menentukan Ukuran Hasil, Jadi Ambil Langkah Besar untuk Hasil Besar.

  3. Kaizen Lambat; Inovasi Lebih Cepat

 Semua perubahan, bahkan yang positif, menakutkan. Upaya untuk mencapai tujuan melalui cara radikal atau revolusioner sering gagal karena  meningkatkan rasa takut. Tapi langkah kecil Kaizen melucuti respon rasa takut otak, merangsang pemikiran rasional dan bermain kreatif. Ketika Anda takut, otak diprogram untuk berlari atau menyerang. Tindakan kecil memuaskan kebutuhan otak Anda untuk melakukan sesuatu dan menenangkan.

Otak Anda diprogram untuk menolak perubahan. Namun dengan mengambil langkah-langkah kecil, Anda secara efektif mengembalikan sistem syaraf Anda sehingga melakukan hal berikut: melepaskan Anda dari blok kreatif melewati respons melawan atau lari, menciptakan koneksi baru antara neuron sehingga otak secara antusias mengambil alih proses perubahan dan Anda maju dengan cepat menuju tujuan Anda. 

Ketika hidup menjadi menakutkan dan sulit, kita cenderung mencari solusi di tempat-tempat yang mudah atau setidaknya akrab untuk melakukannya, dan tidak di tempat-tempat gelap dan tidak nyaman di mana solusi nyata mungkin berbohong. Tanyakan pada diri Anda, 'Jika kesehatan adalah prioritas pertama saya, apa yang akan saya lakukan secara berbeda hari ini? Apakah salah satu cara yang  dapat mengingatkan diri untuk minum lebih banyak air? Bagaimana saya bisa memasukkan beberapa menit latihan ke dalam rutinitas harian saya? 

Otak Anda menyukai pertanyaan dan tidak akan menolaknya kecuali pertanyaannya sangat besar sehingga memicu rasa takut. Dengan mengajukan pertanyaan yang kecil dan lembut, kita mempertahankan respons melawan atau lari di posisi 'nonaktif'. Pertanyaan Kaizen seperti "Apa langkah terkecil yang bisa saya ambil agar lebih efisien? Memungkinkan kita melewati ketakutan.

Jadi strategi yang dapat kita lakukan adalah :

  1. Ajukan Pertanyaan Kecil

Setiap kali Anda menghadapi situasi yang sulit atau keinginan untuk berubah, ajukanlah pertanyaan kecil. Pertanyaan yang mengarah ke solusi dan berorientasi pada tindakan. Contoh: "Hal kecil apa yang bisa saya lakukan saat ini untuk mendekatkan saya ke tujuan saya?". "Seandainya kesehatan itu penting, satu hal kecil apa yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan kesehatan saya?". "Apa satu langkah kecil yg bisa saya mulai saat ini?" Fokus pada langkah kecil. Langkah pertama. Langkah-langkah inilah yg akan membawa Anda ke hasil-hasil besar nantinya.


  1. Pemikiran kecil untuk membangun kemampuan

Strategi berikutnya adalah menggunakan pemikiran kecil untuk membangun kemampuan. Teknik yang digunakan adalah teknik memahat pikiran (mind sculpture). Caranya sederhana: pikirkan kemampuan yg ingin Anda kuasai. Misalnya: berbicara di depan umum, berani melakukan konfrontasi dengan seseorang (menagih janji) atau kemampuan lainnya. Lalu pecah kemampuan yang kompleks tersebut ke dalam perilaku-perilaku yang lebih kecil dan lebih sederhana. Misal, berbicara di depan umum perilaku awal paling sederhananya adalah: berdiri tegap sambil tersenyum di depan audiens. Kemudian visualisasikan perilaku sederhana ini. Cukup 1-2 detik. Namun lakukan berulang-ulang setiap hari. Setelah Anda bisa membayangkan dengan jelas perilaku awal tersebut, lanjutkan dengan perilaku sederhana lainnya. Lakukan sampai Anda bisa membayangkan diri Anda melakukan kemampuan tersebut dengan lancar di dalam benak Anda.


  1. Tindakan Kecil

Konsepnya serupa dengan mini habit . Katakanlah Anda ingin mulai olahraga, mulailah dengan satu tindakan kecil yang kemungkinan gagalnya sangat kecil. Misalnya: push up 1x setiap bangun tidur. Mau membiasakan membaca buku? Mulai dengan membaca 1 kalimat sebelum tidur. Mau membiasakan diet? Buang gigitan pertama dari jajanan Anda. Lakukan sampai terbentuk kebiasaan. Lalu perlahan-lahan tingkatkan kuantitasnya sehingga Anda akhirnya bisa mencapai tujuan ideal Anda. Selamat Mencoba !

                         

Sr. Magdalena Lian, OSU


ekspresi


                                Gambar:  Sr. Lidwina Mariani, OSU



“DOA SEBATANG POHON TUA”

(sebuah refleksi)


Tuhanku dan Allahku,

Engkau mengenal diriku sejak aku berada dalam kandungan ibuku.

Begitu besar cinta-Mu kepadaku,

sehingga Engkau berkenan menerima diriku sebagaimana aku ada, dengan segala kebaikan dan kelemahanku.

Disepanjang hidupku,

Engkau senantiasa memberikan segala sesuatu

yang aku butuhkan bagi pertumbuhan dan perkembanganku.

Engkau senantiasa memelihara hidupku melalui berbagai cara.

Kau sirami aku dengan air. Kausinari aku dengan sinar matahari.

Kaupupuk aku dengan aneka makanan,

sehingga aku tumbuh subur, berbunga

dan berbuah berlimpah yang dapat kubagikan

kepada siapa saja yang membutuhkannya.

Namun kadang-kadang Engkau memangkasnya

agar bertumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana

dan kehendak-Mu.

Karya-Mu sungguh indah dan mengagumkan.

Kini aku bersyukur dan mempersembahkan semuanya ke dalam tangan-Mu.

Kini aku telah menjadi sebatang pohon tua

dengan dahan-dahannya yang sudah mulai mengering.

Namun demikian Engkau masih memberiku akar yang kuat,

sehingga tidak mudah tumbang karena diterjang badai dan angin,

hujan dan petir.

Tuhan Bapa yang baik,

terima kasih untuk pemeliharaan dan berkat-Mu di usia tuaku ini.

Dengan sepenuh hati aku percaya kepada-Mu

bahwa Engkau akan tetap memeliharaku.

Oleh karena itu aku akan senantiasa membiarkan diri-Mu menyiramiku

dengan air, menyinariku dengan sinar matahari,

memotong dahan-dahan kering

agar bersemilah tunas-tunas baru yang indah

dan menyejukkan serta memberikan kedamaian bagi siapa saja di sekitarku.

Bapa yang baik,

bila Engkau berkenan,

bukan hanya tumbuh daun-daun yang menyejukkan,

tetapi juga bunga-bunga dan buah yang dapat dinikmati.

Semoga kehadiranku membawa berkat,

kegembiraan dan kedamaian bagi semua pohon di sekitarku.

Aku akan membuka diri kepada pohon-pohon

dan segala tetumbuhan di sekitarku.

Aku akan belajar dari mereka,

berbagi berkat dan kegembiraan yang Kau anugerahkan kepadaku.

Semoga Engkau sendiri yang akan merajai diriku.

Semoga Nama-Mu semakin dimuliakan. Amin.

           

Atambua, 02 Januari 2019.

Sr. Christine Hardisubroto, OSU



NAGET...!

Malam indah diawali lantunan malam kudus yang syahdu ... memancarkan cahaya di tengah kegelapan, dengan penuh rasa dinyanyikanlah sambil mengayunkan lilin -lilin kecil dalam gerakan–gerakan halus syarat penuh makna.

Dalam keheningan malam... terbuai suasana syahdu mendorong semuanya mulai berkisah dan memohon pada Sang Pencipta dengan penuh rasa haru mengelilingi gua dingin itu. Itulah saat yang indah menampilkan kepolosan hati seorang anak di hadapan sang Pencipta.

Walaupun kesannya sepi dalam gulita gelapnya malam... namun permenungan itu diselingi tarian pinguin yang menari-nari di hadapan Tuhan membuat luwesnya suasana syahdu tersebut.

Hmmm...saatnya naget ditemukan...! dengan cara sederhana namun pasti, ditemukanlah naget–naget indah,enak dan lezat dari setiap pribadi. 

Tak banyak aturan mainnya namun semua mampu melihat dan berani memberikan naget-naget indah, manis, harum mewangi kepada setiap anggota komunitas yang dengan tekun menemukan dan memberikan naget–naget positif kepada setiap pribadi. Tak disangka ternyata naget–naget itulah yang menjadi salah satu kekuatan yang mestinya diracik agar sungguh dapat direnungkan dan dijadikan modal baru dalam kekuatan baru membangun mutu kwalitas hidup dengan warna berbeda. Ternyata semua melihatnya dengan bangga atas karunia naget–naget indah yang dimilikinya. Hal itulah menjadi modal mengawali lagi kehidupan selanjutnya dengan semangat  SOLI DEO GLORIA...!

Tapi tidak sampai di situ saja, sebagai tanda kasih, tibalah saatnya bertukar kado yang membuat orang tak  tenang duduk sebab pada setiap kado, ada permintaan meragakan peran–peran proses kelahiran Yesus. Nah lho.... peran-peran suci itu diragakan oleh para suster namun mengundang tawa yang menggelikan. Dibalik semuanya... ada komitmen bersama untuk terus membangun komunitas yang diwarnai kepedulian, persaudaraan kental dan penuh perdamian... sebagai bekal menenun komunitas berwajah baru di hari–hari selanjutnya. Ok, Selamat berjuang... membawa damai ke seluruh jagat...!

“RGS di malam Natal ‘18”.


“Menjelang  pergantian tahun...”5

Banyak kata, banyak canda, banyak senyum, banyak gerak yang mengarah pada kegembiraan hati menuju pada keceriaan hati. semua mengambil bagian dan posisi dalam berbagai kegiatan masak memasak dalam rangka tutup tahun 2018. Tanpa komando, semua serentak mengambil inisiatif dalam berbagai kegiatan dalam rangka kegiatan bersama menghantar tahun 2018 di penghujung waktu... menarik sekali karena masing – masing anggota mengambil inisiatif yang tepat dan saling mendukung yang baik dan benar. Anehnya tak ada yang protes bahwa yang dibuat sister A... itu salah atau benar... karena masing – masing mengambil peran dan tepat. Hmmm.... jika demikian... tak ragu lagi jika komunitas Global yang segera terwujud karena para Ursulin dulu lain dengan Ursulin sekarang yang terkadang digeser para milenial yang pada jago–jago operasi HP. Namun tak berkecil hati karena tak disangka.... perlahan lahan komunitas Global akan segera terwujud....! Diam–diam muncul harapan di batinku.... “Nah ini dia... komunitas yang kurindukan..... tersenyum tanpa curiga, memandang tanpa aura kebencian yang tersembunyi, komunikasi tanpa keraguan taku tak diterima......semua bisa menerima semua yang dia punya dan semua bisa menerima apa yang dilakuakan orang lain. Itulah penyangkalan hati dan penyangkalan rasa....??? yang ada hanya cinta yang dirajut bersama tanpa suatu sekatpun.....! maka  slamat datang komunitas global.....! indah...sungguh indah.!


Suatu hari, seorang Ursulin menghadap St. Petrus karena tak mau menunggu lama di antara kerumunan orang tanpa tahu apa alasannya setelah memasuki lapangan luas bersama sesama saudara dari seluruh lapisan bumi.

Biaaasa...! Bukan Ursulin namanya jika melihat sikon tak jelas dan tak menentu, mau menunggu dan menanti tak henti tanpa tahu info jelas yang sebenarnya.

“Pergilah Ursulin tersebut langsung ke pimpinan tertinggi penjaga pintu surga tersebut, yakni Santo Petrus.

Ursulin: “Mat siang St. Petrus... “ Dan St.Petrus menjawab ramah: “Ya, ada yang bisa dibantu, Sister..?“ “Tentu Be...” jawabnya dalam hati tanpa suara keras sebab takut kalau – kalau Santo Petrus main kuasa...

“Santo Petrus, kapan pintu surga dibuka?” tanya Ursulin penuh semangat. “Oh..., setiap waktu..., Sister,” St.Petrus menjawab ramah. 

“Oh..., tapi mengapa antrian berjubel ya...? Kapan giliran saya, kalau caranya begini ya...?” Tiba-tiba St. Petrus seperti mengingat sesuatu lalu berkata: ”Oh, ini Ursulin ya..., hmmm.... so..! Kamu pasti bagus dan berkualitas,” pikir St. Petrus berharap. 

“Oh, Santo Petrus tahu aja...,” jawabnya bangga.

Disodorkanlah kepadanya beberapa  pertanyaan praktis. Petrus: “Sr... berapa jam sehari... membaca Alkitab? Berapa jam sehari menaruh perhatian pada yang miskin...? Berapa jam seharian Sr berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus? Berapa jam sehari, Sr bermeditasi...? Berapa jam sehari totalnya menyediakan waktu bagi Tuhan...?” tanya Santo Petrus bagaikan cerdas cermat yang harus dijawab cepat. 

“Lalu total secara umumnya Sr buat apa saja...? Mana kegiatan Sr yang porsinya berlebihan...?“ “Oh itu dia... ! Santo Petrus... wa... wa.. wa..ktu saya terlalu dominan di acara membuka WA dan youtube...”

“Lho... apa gak baca pesan Paus Franciskus yang paling baru tentang tugas biarawati seluruh hidupnya adalah berdoa...?” “Wah.. yang itu saya ketinggalan Santo Petrus...” “Nah, kalo begitu... bergabunglah di lapangan sana biar buat refleksi dulu...” Maka berbaliklah dengan wajah kemerah–merahan dan segera bergabung di lapangan luas yang berjubel itu... maka terjawablah sudah mengapa manusia berjubel di lapangan luas itu tadi... pikir Ursulin gamang... galau... dan sesal.

-2ginsi-    


Sobat..., andaikan Tuhan berkata: ”Nak, waktumu tinggal sehari ini dan tepat pada pukul enam sore waktu setempat, engkau harus datang menghadap-Ku di pintu gerbang surga.

Nah..., pertanyaan lanjutan dari Tuhan... dengan waktumu yang sehari saja , apa yang akan kamu lakukan dengan waktumu yang tinggal sehari itu....? jawab siswa gemas dan terengah –engah: ”Aku akan kelilingi rumah orang – orang yang saya berbuat salah kepada mereka dan saya mau minta maaf  lalu juga menjual semua yang saya punya, untuk membantu orang – orang miskin...siswa  keduanya menjawab... ”Aku akan makan bakso urat sepuas–puasnya. Siswa terakhir... ”Saya akan beres –beres kamar agar tidak berantakan ketika saya tinggalkan...

Nah...

itu jawaban para siswa... Bagaimana sobat dengan jawabanmu...? apakah yang akan Anda lakukan dalam waktu satu hari itu sebelum menghadap Tuhan....?

Akankah Makan bakso urat buatan mang Didin ...? ataukah Makan Bak Mie tek tek yang lewat di jalan...??? ataukah... Nah... jawaban selanjutanya silahkan Anda mengisinya sendiri....

-Rgs-



Anda tentu akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila anda mengarahkan segalanya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa.

(St. Angela Merici, Nas. Pr. 18)