KESIAPSEDIAAN DENGAN HATI DAN SEMANGAT YANG BARU UNTUK BERBUAH


 Tanggal 9 Januari 2022 - 9 Juli 2022 yang lalu, saya mengikuti kegiatan KPR (Kursus Pembina Rohani) di Roncalli, Salatiga. Kursus Pembina Rohani (KPR) XV, adalah kursus yang diadakan untuk mempersiapkan para pembina/pembimbing rohani. Group KPR yang saya ikuti ini adalah KPR angkatan yang ke-XV. Ini adalah kursus terlama yang pernah saya ikuti. Peserta kursus berjumlah 34 peserta yang terdiri dari: 20 suster, 12 imam, dan 2 bruder. Yang terdiri dari 25 Tarekat dan 2 dari keuskupan yang berbeda. Kursus ini diselenggarakan setiap 3 tahun sekali yang diselenggarakan oleh bruder FIC. Kursus berikutnya akan diadakan pada tahun 2025 yang akan datang.

Kami berproses bersama selama 6 bulan, berdinamika, belajar, dan bertumbuh bersama dalam kegembiraan dan sukacita persaudaraan. Selama mengikuti KPR ini, saya berusaha untuk mengikuti seluruh proses yang terjadi dengan kesungguhan hati, gembira, dan menikmati dinamika yang terjadi. Materi-materi yang diberikan oleh para narasumber sangat membantu diri saya dalam berproses dan mengolah diri sendiri. Saya mendapatkan input-input yang baru dan juga disegarkan kembali dari bahan yang saya terima. Saling belajar dari sesama peserta yang lain, melalui pengalaman-pengalaman yang mereka miliki sehingga saya semakin diperkaya. Selain membantu diri saya untuk semakin bertumbuh dan berkembang, kursus ini juga membantu diri saya untuk lebih mempersiapkan diri saya untuk berani terjun dalam dunia pembinaan. Saya merasakan bagaimana dilatih dan praktek menjadi seorang pembina rohani. Selain materi/teori, juga dibekali dengan praktek langsung, seperti Quadrad. Quadrad adalah kegiatan praktek secara langsung bagaimana melakukan bimbingan rohani.

Selain materi dan dinamika yang sangat membantu diri saya, saya juga belajar hidup bersama dalam persaudaraan yang terjadi selama 6 bulan. Hidup berkomunitas dengan para saudara dan saudari dari berbagai tarekat yang berbeda, dengan semangat dan spiritualitas yang berbeda, dan pribadi yang heterogen (campuran laki dan perempuan)  membuat saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Saya merasakan bahwa komunitas KPR ke-XV sangat membangun diri saya. Saya mengalami dan merasakan bagaimana saya belajar untuk saling memperhatikan, saling mengingatkan, saling memahami, saling menerima, dan saling menolong satu dengan yang lainnya. Kesalahapahaman pasti terjadi dalam hidup berkomunitas namun kedewasaan dari masing-masing pribadi membuat suasana tetap dalam persaudaraan. Hidup berkomunitas di KPR ke-XV, membuat saya memiliki keluarga yang baru. Saya mengenal saudara dan saudari yang luar biasa dan yang memiliki semangat dalam pelayanan yang sama untuk mau terjun di dunia pembinaan. Para staf, para pembimbing, dan para narasumber yang juga luar biasa dalam mendampingi para peserta KPR angkatan XV ini.

Kursus KPR XV ini, ditutup dengan Retret Agung selama 30 hari. Retret 30 hari menggunakan latihan rohani St. Ignasius Loyola. Retret Agung yang saya alami merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi saya pribadi dan juga bagi saudara-saudari lain (dalam sharing mereka). Walaupun saya sudah pernah mengikuti retret agung saat masa Novisiat namun saya mengalami dinamika retret agung yang sangat berbeda. Buah- buah retret dan rahmat yang kami terima juga kami sharingkan melalui simbol yang kami buat dan kami bagikan melalui sharing kepada saudara dan saudari yang lainnya.

Saya merasa sungguh dipersiapkan dalam perutusan yang saya jalani saat ini. Saya berproses dan dibentuk kembali untuk menjadi pribadi siap sedia dengan memiliki hati baru, semangat baru, dan  menghasilkan buah-buah dalam perutusan yang diberikan. Rahmat yang saya terima dalam KPR ini, saya lambangkan dengan pokok anggur yang benar (Yoh: 15: 1-15), simbol ini saya temukan dalam proses retret agung.


Ekspersi Rahmat Utama Retret Agung KPR XV, 2022


Oleh: Sr. Theresia Martini, OSU