80 Tahun Komunitas Maria Assumpta Klaten


Jl. Bali No. 9, Klaten

Jawa Tengah

 

Hari ini, minggu tanggal 12 Juli 2020 bertepatan dengan 80 tahun kehadiran suster Ursulin di kota Klaten. Dalam masa pandemi ini, syukur 80 tahun biara Ursulin Santa Maria Assumpta tidak dirayakan secara meriah. Kami para suster komunitas Santa Maria Assumpta, merayakan dengan hati yang penuh syukur dan dalam semangat kesederhanaan dan kekelurgaan di dalam komunitas. Kami merenungkan dan merefleksikan kembali sejarah perjalanan Ursulin di kota Klaten.

Sejarah Ursulin di Klaten adalah sebagai berikut:

Pada masa sukacita paskah, sekitar medio Mei 1940 tibalah surat dari yang mulia Mgr. PJ. Willekens SJ, Vikaris Apostolik Jakarta ditujukan kepada Moeder Maria Ildephonse de Jong, Propinsial Ursulin Indonesia pada waktu itu. Surat tersebut berisi tugas perutusan untuk melakukan misi pendidikan bagi anak-anak dan pembukaan biara baru di Klaten.

Tanggal 12 Juli 1940, dengan penuh kepercayaan diri dan keberanian, kelima suster yang diutus yaitu: Mere Arsene-de Materis (delege) dari Pekalongan, Soeur Inigo Prawirataroena dari Madiun, tiga suster dari Bandung yaitu: Soeur Odilia Wongsowikarta, Soeur Faustina Prajadimegja dan Soeur Jovita Santaharja, dibawah pimpinan Moeder Theresia Schricks dari Jalan Merdeka Bandung sebagai wakil Moeder Provinsial, membuka biara baru di Klaten. Sebelum mereka berangkat ada upacara penandatanganan Akte Pendirian dilakukan oleh Moeder Provinsial dan empat suster yang akan diutus dari Bandung, di Kapel Houtmanstraat (Sekarang Jl. Supratman 1, Bandung). Mereka menempuh perjalanan selama 1 hari dan harus berhenti di Yogya. Lalu ganti ke kereta yang lebih lambat menuju ke Klaten. Sekitar pukul 14.45 mereka tiba di Klaten dan seorang utusan sudah mengunggu suster-suster. Dengan wajah gembira dan hormat dia berujar, “ Sugeng Rawuh!.” Di luar stasiun ada sebuah mobil untuk mengantar mereka ke biara baru di Pandanredja. Biara kecil itu sebenarnya sebuah rumah tinggal dari keluarga Gandawarsita. Dalam waktu singkat, rumah mereka disiapkan untuk kegiatan misi suster ursulin. Biara baru ini diberi nama “Maria Assumpta,” terletak di Jalan Kamar Bola nomor 4, Klaten. Pada tanggal 23 Juli 1940, pukul 17.00 datang Pater Hagdorn SJ dan Pater Wammers, SJ dari Muntilan untuk memberkati biara Ursulin “Maria Assumpta.”

Dengan melihat situasi dan kebutuhan umat setempat maka para suster dengan gerak cepat mendirikan sekolah-sekolah. Di mulai dari sekolah Volksschool (sekolah rakyat) didirikan pada tanggal 1 Agustus 1940 dengan menyewa sebuah rumah di kampung Sikenong untuk 105 siswa. Pada tanggal 18 Agustus 1941 Volksschool pindah ke depan biara dan pada tanggal 14 September 1941 dilaksanakan pemberkatan gedung sekolah tersebut oleh Pastor Hagdorn dan Pastor Hardjasoewanda. Pada tanggal 22 Maret 1942 Jepang masuk Indonesia, semua sekolah harus ditutup dan dibuka kembali tanggal 11 juni 1942. Pada tanggal 19 desember 1948 sekolah dan biara sempat menjadi markas Belanda sehingga para suster harus mengungsi. Pada tanggal 24 Juli 1950, mulai dibuka SMP (Middelbareschool) untuk kelas 1 dan 2, tetapi masih kekurangan tempat maka dibuat tambahan ruang untuk 8 kelas yang selesai dibangun pada bulan Juli 1952 dan diberkati pada tanggal 29 November 1952 oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, Vikaris Apostolik Semarang. Pada tanggal 16 Juli 1951, dibuka sekolah taman kanak-kanak dengan murid pertama berjumlah 30 anak. Tidak cukup sampai disitu, Ursulin masih membuka lagi SGA pada tanggal 2 Agustus 1965 dengan murid pertama berjumlah 55 siswa. Waktu belajar SGA sore hari di gedung SMP. Pergantian nama SMP juga menjadi perhatian yang karena sesuatua hal dalam beberapa kurun waktu bernaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, maka tanggal 22 September 1997, Sr. Inggrid Widhiningsih, OSU dan Sr. Theresia Maryani, OSU berangkat ke semarang untuk mengurus pergantian nama dari SMP Pangudi Luhur II menjadi SMP Maria Assumpta.

Suster Ursulin harus dinamis bukan hanya semangatnya tetapi juga hidupnya yang berpindah-pindah, sesuai kata Santo Paulus bahwa kita tidak punya tempat tinggal yang tetap di dunia ini. Pada tanggal 16 Desember 1950 terjadilah perpindahan biara dari Sidowayah ke Jalan Bali nomor 9. Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 15 Januari 1951 Novisiat dipindahkan dari Noordwijk-Jakarta ke Klaten. Inilah awal komunitas Klaten dijadikan tempat pembentukan dengan kedatangan pemimpin Novis, Sr. Imelda Bukhems bersama 5 Novis dan 6 Postulan. Kota kecil ini dianggap lebih cocok untuk Novisiat dari pada kota yang ramai seperti Jakarta. Rupanya dengan bertambahnya panggilan, Biara Klaten terasa terlalu kecil untuk menampung sekian suster maka sekitar tanggal 30-31 Januari 1945, Sr. Imelda Bukkems beserta 14 Novis pindah dari Klaten ke Bandung. Memang sejak awal, Propinsialat Bandung ini disipakan juga untuk Novisiat.


Nilai yang menjiwai hidup dan karya pelayanan adalah sebagai berikut:

Umur 80 tahun adalah umur yang tidak lagi muda. Selama 80 tahun Kehadiran Ursulin di Klaten sdh terdapat 125 suster yang pernah berkarya di komunitas ini. Kehadiran suster yang silih berganti memberikan warna dan kehidupan yang dinamis bagi karya pelayanan di kota Klaten. Syukur atas 80 tahun tidak terlepas dari berkat dan penyertaan Tuhan di dalam karya pelayanan para suster yang pernah berkarya di komunitas Klaten. Para suster yang pernah berkarya di komunitas Klaten telah berjuang dan berusaha dengan caranya masing-masing untuk mengembangkan karya pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Kesulitan dan tantangan menjadi dinamika yang menyertai hidup panggilan mereka. Karya pelayanan komunitas Klaten bertahan dan berkembang sampai saat ini karena penyertaan Tuhan. Karya pelayanan di sekolah, lingkungan, dan gereja membawa pertumbuhan iman umat. Pelayanan yang diberikan kepada sesama membawa iman, harapan, dan kasih. Keberanian dan kesetiaan dalam pelayanan akan membuahkan kabar sukacita dan keselamatan bagi setiap orang. Santa Angela didalam nasehat-nasehat prakatanya mengatakan:" Bertindaklah, majulah, percayalah, berusahalah, yakinlah, berserulah kepadaNya dengan segenap hati anda. Anda tentu akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila anda mengarahkan segalanya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa." Nas. Prakata St. Angela, Art 17-18.